Minggu, 25 November 2012

STOP PENINDASAN YANG ADA DI MUKA BUMI DUKA PALESTINA DUKA KITA SEMUA


Dunia kembali terhenyak dengan penyerangan kembali Israel terhadap Palestina beberapa waktu yang lalu, konflik 8 hari yang dikenal dengan nama “Pillar Of Defence” telah menimbulkan kerugian dari kedua belah pihak. Di pihak Palestina, Korban Tewas tercatat 168 korban tewas. Sementara, 6 warga Israel tewas oleh serangan roket Palestina.
Apa motif Israel menyerang Palestina?, kita mungkin terjebak dengan isu-isu kepercayaan masing-masing, ada yang bilang Israel menyerang Palestina hanya untuk merebut “Tanah yang dijanjikan” oleh Tuhan para kaum Yahudi, dan masih banyak lagi motif-motif yang lain. Namun, sebenarnya kita lupa bahwa agresi militer Israel ke Palestina adalah salah bentuk dari Imprealisme baik Imprealisme kuno maupun Imprealisme modern.
Imprealisme adalah sebuah kebijakan dimana sebuah Negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar Negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh Imprealisme terjadi saat Negara-negara itu menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu. Ditilik dari pengertian imprealisme ini sudah cukup jelas bahwa agresi militer Israel ke Palestina adalah salah bentuk Imprealisme dimana Israel ingin sekali menduduki tanah-tanah yang ada di Palestina sejak zaman dulu hingga sekarang (bisa diliat sejarah konflik Israel-Palestina).
STOP PENINDASAN YANG ADA DIMUKA BUMI
Indonesia berhutang budi dengan Palestina, Mengapa? Karena ternyata setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, Mufti Agung Palestina dan Pemimpin Palestina di Pengasingan, Syaikh Amin Al-Husaini menyerukan kepada seluruh pemimpin Arab untuk memberikan pengakuan, dan mengulurkan bantuannya terhadap Republik Indonesia yang baru berdiri.
Bahkan beliau Mufti  Agung Palestina Syaikh Amin Al-Husaini langsung memimpin Dewan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (Lajnah Difa’i An Indonesy) yang didirikan pada tanggal 16 Oktober 1945, beranggotakan Sekjen Liga Arab Dr. Shalahuddin Pasha, dan Menteri Pertahanan/Kepala Staf Angkatan Perang Mesir, Jenderal Saleh Harb Pasha. (sumber makalah Direktur Timur Tengah Departemen Luar Negeri RI)
Karena itu, Posisi dasar Indonesia adalah secara konsisten mendukung perjuangan bangsa Palestina berdasarkan Resolusi DK-PBB No. 242 (1967) dan No. 338 (1973), yang menyebutkan pengembalian tanpa syarat semua wilayah Arab yang diduduki Israel dan pengakuan atas hak-hak sah rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri, mendirikan negara di atas tanah airnya sendiri dengan al-Quds as-Syarif (Jerusalem Timur) sebagai ibukotanya serta prinsip “land for peace”.
Sudah menjadi amanat Undang-Undang Dasar 45, yaitu anti penjajajah, dan karena itu segala bentuk penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi. Juga partisipasi aktif Indonesia dalam proses perdamaian Timur-Tengah merupakan pengejawantahan dari amanat konsitusional, sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yakni  ”ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Masih adakah orang atau kelompok di negara ini yang berpendapat, “Apa urusannya kita dengan Palestina, Mengapa kita susah-suah bantu mereka? Toh, di negeri ini banyak permasalahan demi permasalahan?”
Kita tidak boleh hidup secara egois, betul  negeri ini banyak ragam krisis, kesulitan dan permaslahan besar lainnya, tapi kita harus tetap membantu warga dunia lainnya terutama Palestina yang dinistakan negara penjajah Zionis Israel. Sebab, konflik yang terjadi bahkan dengan eskalasi politik yang memanas yang terjadi  di dunia Timur Tengah akan mempengaruhi perekonomian kita secara langsung, dengan naiknya harga minyak dunia. Indonesia kena dampaknya dari kenaikan minyak tersebut.
Palestina membutuhkan uluran tangan kita para mahasiswa yang katanya sebagai pembawa perubahan, apa kita harus diam saja dan acuh tak acuh dengan maraknya penindasan yang masih merajalela di dunia ini?, bayangkan banyak pelajar di Palestina yang tidak bisa tenang dan tidak bisa meneruskan proses belajar-mengajar Menteri Pendidikan di Gaza, Osama Muzaini melaporkan, sebanyak 50 sekolah di Jalur Gaza rusak akibat serangan Zionis selama delapan hari kemarin. Kerugian di sektor pendidikan diperkirakan mencapai US$4 juta. Seperti dikutip dari kantor berita PIC (Palestinian Information Center). Disebutkan juga bahwa pendidikan adalah cara untuk membebaskan Tanah Air dan mencapai kehidupan yang bermartabat bagi rakyat Palestina (Sahabatalaqsha.com).
Adakah pemandangan yang lebih memilukan daripada tubuh-tubuh mungil anak-anak kita yang hancur dicabik-cabik peluru dan roket? Selama 8 hari agresinya terhadap Gaza, Zionis ‘Israel’ membunuh 43 anak Gaza dan melukai 432 anak lainnya.
Artinya, satu per tiga dari seluruh syuhada dan korban cedera di Gaza adalah anak-anak, demikian dinyatakan berbagai sumber medis Gaza.
Lima anak dibunuh pada hari Rabu 21/11, hari terakhir dari perang 8 hari itu. Syahid termuda pada hari itu adalah bocah berusia dua tahun.
Dari seluruh syuhada mungil kita di Gaza, ada bocah berusia 11 bulan, dua lagi baru berusia.satu tahun sementara sisanya berusia antara satu setengah tahun sampai 16 tahun. Beberapa di antara anak-anak itu bahkan kakak beradik. (Sahabatalaqsha.com)
Sudah cukup melihat penindasan imprealisme di muka bumi ini, sudah cukup darah yang mengalir, sudah cukup anak yang kehilangan ayah dan ibunya, sudah cukup ibu dan ayah yang kehilangan anaknya.
Saya kutip berita dari media pelitaonline.com:
"Saya sedih melihatnya. Kami harus bersama mendoakan mereka, dan tentunya kita harus berbuat sesuatu, misalnya `urunan` lah, kita menyumbang sesuatu seperti yang dilakukan masyarakat di Aceh, yang saya dengar telah menyumbang dana cukup besar bagi Palestina," ujar Taufiq Ismail di Jakarta, Selasa (20/11)”

MUSNAHKAN IMPREALISME !, STOP WAR !, STOP PENINDASAN ! Mari Wujudkan Perdamaian dunia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar