Kamis, 30 Desember 2010

BELAJAR DARI GERAKAN MAHASISWA DI DUNIA; Manifesto Cordoba Dan Gerakan Menuntut Demokratisasi Kampus


--> Ditahun 1960-an, dunia menyaksikan sebuah gelombang besar kebangkitan mahasiswa. Mahasiswa diberbagai belahan dunia mengambil alih aksi-aksi radikal dan berperan penting dalam berbagai perubahan politik di negara hal nya masing-masing. Pemaparan singkat dan selektif tentang pengalaman perjuangan mahasiswa diseluruh dunia akan memberikan gambaran berbagai kemungkinan dan pelajaran yang sistematis mengenai arah dan peranan gerakan. Mahasiswa Amerika Latin adalah penyumbang pertama langkah awal yang besar dalam aksi mahasiswa manifesto Cordoba 1918 adalah deklarasi hak mahasiswayang pertama di dunia ; sejak itu mahasiswa amerika latinmemainkan peran yang konstan dan militant dalam kehidupan politik dinegaranya pengalaman mahasiswa amerika latin ini mengajarkan bahwa tuntutan-tuntutan akademis dan aktivitas politik adalah dua hal yang saling melengkapi, bukanya malah bertentangan. Baik dalam dunia akademik maupun politik, mahasiswa amerika latin memiliki tradisi yang panjang. Militansi ini sebagian disebabkan oleh sejarah gerakan reformasi pendidikan di universitas-universitas, sebagian lagi karena struktur sosial politik Negara-negara amerika latin sendiri. Gerakan reformasi pendidikan universitas di Amerika Latin lahir dari manifesto cordoba 1818. Ketika mahasiswa cordoba di argentina mengeluarkan sebuah manifesto yang menuntut otonomi universitas dan keterlibatan mahasiswa dalam mengelola administrasi universitas - cogobierno.

Manifesto itu mengkritik administrasi lama yang tidak pernah mengalami perubahan kurikulum dan aturan. Mahasiswa Cordoba dengan tegas menyatakan “ kami ingin menghapus konsep otoritas yang kuno dan bar-bar dari organisasi universitas, yang menjadikan universitas sebagai benteng pertahanan tirani yang absurd”. Manifesto juga mendeklarasikan kepercayaan penuh pada kemampuan mahasiswa untuk menjalankan urusan mereka sendiri dan merupakan musuh utama korupsi akademik. Untuk melengkapi manifesto cordoba, pertemuan lanjutan dari serikat-serikat mahasiswa argentina menambahkan tuntutan-tuntutan yang dianggap menjadi pokok-pokok gerakan reformasi: 1.) Kehadiran fakultatif boleh memilih, 2.) Penghapusan pembatasan agama tentang apa yang boleh dipikirkan dan siapa yang ditetapkan untuk bertugas diuniversitas, 3.) Bantuan keuangan mahasiswa, 4.) Orientasi sosial universitas ditempat dia berdiri, 5.) Demokratisasi sistem organisasional universitas. Dalam tuntutan-tuntutan diatas jelas mahasiswa berusaha melakukan perlawanan terhadap penindasan yang terjadi di dalam kampus terutama terhadap kepentingan mereka yaitu mendapatkan pendidikan yang murah, berkualitas, demokratis, mendukung kedewasaan serta meiliki terhadap masyarakat.Program perubahan total ini mendobrak pandangan konservatif yang meilhat bahwa pihak universitas (struktur birokrasi, dosen dan karyawan) memiliki otonomi penuh, termasuk atas mahasiswanya. Sehingga gerakan perubahan “otonomi” yang dimaksud bukan hanya independensi otoritas universitas dari control pemerintah tetapi juga kesempatan bagi mahasiswa untuk berbagi kekuasaan dengan otoritas kampus dengan kegiatan akademis.

Dalam tempo 20 tahun, tuntutan mahasiswa argentina ini menyebarkan keseluruh Amerika Latin. Kondisi kampus-kampus di Argentina pada masa awal 60-an mengalami masa-masa bebas dari polisi dan tentara, dan mahasiswa mempraktikkan congobierno dalam menominasikan dosen-dosen mereka. universitas secara fisik immune dan sistim kekuasaan tripartite anatara mahasiswa , alumni dan dosen mempunyai suara yang sama dalam pengambilan keputusan. Situasi ini bertahan samapai di argentina terjadi kup ongania 2008 juli 1966. Representasi murni adalah bentuk ideal dari cita-cita manifesto cordoba dan menyebar kesembilan universitas nasional di argentina, termasuk universitas terbesar Buenas Aires yang mempunyai 81.000 mahasiswa. 29 juli 1966 rezim ongania mendeklarasikan penghapusan otonomi universitas dan memberikan pada mentri pendidikan seluruh kekuasaan administrasi universitas. Merespon deklarasi ini malam harinya mahasiswa, dosen dan propesor bertemu di universitas untuk memprotes represi ini. Pertemuan mereka ini dibubarkan oleh polisi bersenjata dengan perintah penjahat fasis Tacuara, yang menginvasi kampus. Akibat penyebaran ini rektor Helario Fernandez Long mundur bersama dekan di universitas Buenas Aires. Banyak terjadi penangkapan, dua hari kesembilan universitas nasional di Argentina ditutup sampai universitas Buenas Aires dibuka kembali pada bulan agustus dan serikat-serikat mahasiswa dibubarkan. Ongania mengangkat rector-rektor plihannya, dan kerusuhan pecah ketika universitas dibuka lagi. 7500 mahasiswa berontak dengan polisi dicordoba dan 3 minggu kemudian seratus mahasiswa di argentina mengambil bagian “Hari perlawanan dan perjuangan” menentang kediktatoran ongania.

Perlu diperhatikan pula bahwa peran politis yang selalu diperankan oleh mahasiswa, membuat mereka seringkali dijadikan target serangan kaum konservatif, bahkan itu juga keras kontrol terhadap gerakan mahasiswa ini juga menggunakan standar akademis. Lewat para intelektualnya menyusun kurikulkum sedemikian rupa sehingga mahasiswa terjebak dalam studi ang begitu berat dan tidak proporsional sehingga mahasiswa terasing dari lingkungan sosialnya.Manifesto cordoba sebagai sebuah gerakan awal mahasiswa dalam menuntut demokratisasi kampus memberikan pelajaran berharga bagi seluruh mahasiswa di dunia. Dan tentunya pengalaman mahasiswa argentina masa lampau itu juga mampu memberikan pelajaran. Pertama; Semangat kepada kita untuk memperoleh hak-hak kita terhadap pendidikan ilmiah, berkualitas, demokratis, pendukung kedewasaan serta bervisi kerakyatan. Karena mahasiswa tidak bertugas untuk belajar tetapi juga ikut  mengatur apa yang harus dipelajari bagaimana metode belajarnya, siapa yang harus mengajarnya bersama dosen dan apparatus universitas tentunya. Dalam bahasa yang sederhana, mahasiswa bukan hanya pelaksana kebijakan tetapi harus terlibat dalam pengambilan kebijakam universitas. Kedua, persatukan gerakan mahasiswa bersama gerakan rakyat dalam menggelorakan perlawanan terhadap pemerintah neo-liberalisme yang selalu memaksa agar praktek kapitalisasi pendidikan di Indonesia terus menancapkan taringnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar