Pro dan Kontra muncul ketika sejumlah kalangan yang terdiri dari sejumlah tokoh masyarakat, rohaniwan, akademisi, dan budayawan.
Konvensi tersebut dipimpin oleh Salahuddin Wahid alias Gus Sholah.
Seperti tanggapan dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie yang menilai pelaksanaan konvensi
rakyat yang diusung sejumlah tokoh rohaniwan, budayawan, dan akademisi
akan sulit bersaing dalam kontes Pemilu 2014.
Pasalnya, konvensi
ini diperkirakan tidak akan mampu menarik minat parpol untuk memboyong
calon presiden terkuat dari konvensi ini. "Tidak mudah bagi parpol
berpikir ke sana," ujar Marzuki saat dihubungi Rabu (13/11/2013).
Partai
politik, lanjut Marzuki, akan menjadi kendala berat bagi keberhasilan
pelaksanaan konvensi rakyat. Menurut Marzuki, jangankan untuk
menggandeng capres terkuat dari konvensi rakyat, melaksanakan konvensi
sendiri pun parpol masih enggan.
"Jadi, masalah utama kita
sekarang adalah parpol menjadi satu-satunya kendaraan untuk ke KPU,"
imbuh peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat ini.
Saat
ditanyakan lebih lanjut, apakah konvensi rakyat ini bisa menenggelamkan
konvensi serupa yang dilakukan Partai Demokrat, Marzuki tidak mau
menjawabnya. (Kompas.com)
Sedangkan menurut Menurut Gus Sholah, konvensi rakyat lebih dipercaya untuk memunculkan
kader-kader terbaik bangsa. Nantinya, seluruh peserta diwajibkan
mengikuti tahapan konvensi yang terdiri atas seleksi administratif dan
debat publik.
Tahapan seleksi akan berlangsung 10 November-10
Desember 2013. Pada tahapan ini tidak ada batasan mengenai jumlah
pendaftar. Selanjutnya, komite konvensi akan memilih enam peserta yang
lolos seleksi akhir untuk mengikuti debat publik di enam kota besar.
Peserta konvensi rakyat yang ada di peringkat teratas akan diumumkan dan diusulkan ke parpol untuk diusung.(Kompas.com)
Menurut penulis, Konvensi rakyat bisa saja terjadi bila yang mengkonvensi adalah para Lembaga dan Ormas yang ada di Indonesia berkumpul dan memunculkan suatu sosok, tetapi yang menjadi pertanyaan siapa tokoh yang berasal dari rakyat Indonesia yang tidak bergabung dalam parpol, sedangkan perpolitikkan di Indonesia harus mempunya satu "kendaraan" dalam menuju RI 1.
Selasa, 12 November 2013
Kembali Tertarik dengan Dunia Jurnalis
Obrolan pada saat hujan dimalam itu 11 November 2013 dengan para sesepuh itu kembali membawaku ke dalam ketertarikkanku pada dunia tulis-menulis. Dimana dunia ini yang mampu memahami segala keluh kesahku terhadap segala keadaan yang menerpa, dimana cita-cita menjadi jurnalis meninggi dibanding menjadi seorang yang sebenarnya tidak aku inginkan selama aku kuliah.
ya, cita-citaku adalah menjadi seorang jurnalis independen yang tidak tunduk pada para penguasa, jurnalis yang lebih objektif memandang suatu permasalahan yang terjadi di Negara tercintaku ini, dimana aku muak melihat peran media massa yang menjadi alam tunggangan kampanye atau menjadi alat penguasa melanggengkan kekuasaannya. Aku muak dengan media massa yang lebih mengutamakan rating ketimbang kualitas penayangannya. Semoga aku konsisten dalam dunia ini, meskipun belum sama sekali mendapat pelatihan jurnalistik aku tidak peduli, yang aku tahu "Belajar itu tidak harus dalam ruang formal saja".
Aku sang pemimpi yang selalu ingin mengejar mimpi dan menjadikan mimpi itu nyata.
ya, cita-citaku adalah menjadi seorang jurnalis independen yang tidak tunduk pada para penguasa, jurnalis yang lebih objektif memandang suatu permasalahan yang terjadi di Negara tercintaku ini, dimana aku muak melihat peran media massa yang menjadi alam tunggangan kampanye atau menjadi alat penguasa melanggengkan kekuasaannya. Aku muak dengan media massa yang lebih mengutamakan rating ketimbang kualitas penayangannya. Semoga aku konsisten dalam dunia ini, meskipun belum sama sekali mendapat pelatihan jurnalistik aku tidak peduli, yang aku tahu "Belajar itu tidak harus dalam ruang formal saja".
Aku sang pemimpi yang selalu ingin mengejar mimpi dan menjadikan mimpi itu nyata.
Langganan:
Postingan (Atom)