Dunia
kembali terhenyak dengan penyerangan kembali Israel terhadap Palestina beberapa
waktu yang lalu, konflik 8 hari yang dikenal dengan nama “Pillar Of Defence” telah
menimbulkan kerugian dari kedua belah pihak. Di pihak Palestina, Korban Tewas
tercatat 168 korban
tewas. Sementara, 6 warga Israel tewas oleh serangan roket Palestina.
Apa motif
Israel menyerang Palestina?, kita mungkin terjebak dengan isu-isu kepercayaan
masing-masing, ada yang bilang Israel menyerang Palestina hanya untuk merebut
“Tanah yang dijanjikan” oleh Tuhan para kaum Yahudi, dan masih banyak lagi
motif-motif yang lain. Namun, sebenarnya kita lupa bahwa agresi militer Israel
ke Palestina adalah salah bentuk dari Imprealisme baik Imprealisme kuno maupun
Imprealisme modern.
Imprealisme
adalah sebuah kebijakan dimana sebuah Negara besar dapat memegang kendali atau
pemerintahan atas daerah lain agar Negara itu bisa dipelihara atau berkembang.
Sebuah contoh Imprealisme terjadi saat Negara-negara itu menaklukkan atau
menempati tanah-tanah itu. Ditilik dari pengertian imprealisme ini sudah cukup
jelas bahwa agresi militer Israel ke Palestina adalah salah bentuk Imprealisme
dimana Israel ingin sekali menduduki tanah-tanah yang ada di Palestina sejak
zaman dulu hingga sekarang (bisa diliat sejarah konflik Israel-Palestina).
STOP
PENINDASAN YANG ADA DIMUKA BUMI
Indonesia
berhutang budi dengan Palestina, Mengapa? Karena ternyata setelah Proklamasi
Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, Mufti Agung Palestina dan Pemimpin
Palestina di Pengasingan, Syaikh Amin Al-Husaini menyerukan kepada seluruh
pemimpin Arab untuk memberikan pengakuan, dan mengulurkan bantuannya terhadap
Republik Indonesia yang baru berdiri.
Bahkan beliau
Mufti Agung Palestina Syaikh Amin Al-Husaini langsung memimpin Dewan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia (Lajnah Difa’i An Indonesy) yang didirikan pada tanggal
16 Oktober 1945, beranggotakan Sekjen Liga Arab Dr. Shalahuddin Pasha, dan
Menteri Pertahanan/Kepala Staf Angkatan Perang Mesir, Jenderal Saleh Harb
Pasha. (sumber makalah Direktur Timur Tengah Departemen Luar Negeri RI)
Karena itu,
Posisi dasar Indonesia adalah secara konsisten mendukung perjuangan bangsa
Palestina berdasarkan Resolusi DK-PBB No. 242 (1967) dan No. 338 (1973), yang
menyebutkan pengembalian tanpa syarat semua wilayah Arab yang diduduki Israel
dan pengakuan atas hak-hak sah rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya
sendiri, mendirikan negara di atas tanah airnya sendiri dengan al-Quds
as-Syarif (Jerusalem Timur) sebagai ibukotanya serta prinsip “land for peace”.
Sudah menjadi amanat Undang-Undang Dasar 45, yaitu anti penjajajah, dan karena
itu segala bentuk penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi. Juga partisipasi
aktif Indonesia dalam proses perdamaian Timur-Tengah merupakan pengejawantahan
dari amanat konsitusional, sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945,
yakni ”ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.”
Masih adakah orang
atau kelompok di negara ini yang berpendapat, “Apa urusannya kita dengan
Palestina, Mengapa kita susah-suah bantu mereka? Toh, di negeri ini banyak
permasalahan demi permasalahan?”
Kita tidak
boleh hidup secara egois, betul negeri ini banyak ragam krisis, kesulitan
dan permaslahan besar lainnya, tapi kita harus tetap membantu warga dunia
lainnya terutama Palestina yang dinistakan negara penjajah Zionis Israel.
Sebab, konflik yang terjadi bahkan dengan eskalasi politik yang memanas yang
terjadi di dunia Timur Tengah akan mempengaruhi perekonomian kita secara
langsung, dengan naiknya harga minyak dunia. Indonesia kena dampaknya dari kenaikan
minyak tersebut.
Palestina
membutuhkan uluran tangan kita para mahasiswa yang katanya sebagai pembawa
perubahan, apa kita harus diam saja dan acuh tak acuh dengan maraknya
penindasan yang masih merajalela di dunia ini?, bayangkan banyak pelajar di
Palestina yang tidak bisa tenang dan tidak bisa meneruskan proses
belajar-mengajar Menteri Pendidikan di Gaza, Osama Muzaini melaporkan, sebanyak
50 sekolah di Jalur Gaza rusak akibat serangan Zionis selama delapan hari
kemarin. Kerugian di sektor pendidikan diperkirakan mencapai US$4 juta. Seperti
dikutip dari kantor berita PIC (Palestinian Information Center). Disebutkan
juga bahwa pendidikan adalah cara untuk membebaskan Tanah Air dan mencapai
kehidupan yang bermartabat bagi rakyat Palestina (Sahabatalaqsha.com).
Adakah
pemandangan yang lebih memilukan daripada tubuh-tubuh mungil anak-anak kita
yang hancur dicabik-cabik peluru dan roket? Selama 8 hari agresinya terhadap
Gaza, Zionis ‘Israel’ membunuh 43 anak Gaza dan melukai 432 anak lainnya.
Artinya, satu
per tiga dari seluruh syuhada dan korban cedera di Gaza adalah anak-anak,
demikian dinyatakan berbagai sumber medis Gaza.
Lima anak
dibunuh pada hari Rabu 21/11, hari terakhir dari perang 8 hari itu. Syahid
termuda pada hari itu adalah bocah berusia dua tahun.
Dari seluruh
syuhada mungil kita di Gaza, ada bocah berusia 11 bulan, dua lagi baru
berusia.satu tahun sementara sisanya berusia antara satu setengah tahun sampai
16 tahun. Beberapa di antara anak-anak itu bahkan kakak beradik. (Sahabatalaqsha.com)
Sudah cukup
melihat penindasan imprealisme di muka bumi ini, sudah cukup darah yang
mengalir, sudah cukup anak yang kehilangan ayah dan ibunya, sudah cukup ibu dan
ayah yang kehilangan anaknya.
Saya kutip
berita dari media pelitaonline.com:
"Saya sedih melihatnya. Kami harus bersama mendoakan mereka,
dan tentunya kita harus berbuat sesuatu, misalnya `urunan` lah, kita menyumbang
sesuatu seperti yang dilakukan masyarakat di Aceh, yang saya dengar telah
menyumbang dana cukup besar bagi Palestina," ujar Taufiq Ismail di
Jakarta, Selasa (20/11)”
MUSNAHKAN IMPREALISME
!, STOP WAR !, STOP PENINDASAN ! Mari Wujudkan Perdamaian dunia!