Kemiskinan adalah kata-kata yang sudah lekat bagi
bangsa ini. Kemiskinan menjadi salah
satu masalah di Indonesia sejak dulu hingga sekarang apalagi sejak terhempas
dengan pukulah krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak tahun 1997.
Kemiskinan sering kali dipahami sebagai gejala rendahnya tingkat kesejahteraan
semata padahal kemiskinan merupakan gejala yang kompleks dan multidimensi.
Rendahnya tingkat kehidupan yang sering sebagai alat ukur kemiskinan pada
hakikatnya merupakan salah satu mata rantai dari munculnya lingkaran
kemiskinan.
Dalam UUD ’45 Pasal 34 yang berbunyi Fakir Miskin dan anak - anak yang
terlantar dipelihara oleh Negara. Sedangkan kenyataannya pemerintah tidak
pernah peduli dengan nasib rakyatnya. Mari kita dalami apa yang menjadi masalah
kemiskinan di Negara kita ini.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik)
Kemiskinan adalah kemiskinan dengan membuat kriteria besaranya pengeluaran per
orang per hari sebagai bahan acuan. Dalam konteks itu, pengangguran dan
rendahnya penghasilan menjadi pertimbangan untuk penentuan kriteris tersebut. Kriteria statistik BPS
tersebut adalah: Pertama, Tidak miskin , adalah mereka yang
pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610. Kedua, Hampir tidak miskin dengan pengeluaran per bulan per kepala
antara Rp 280.488.s/d. – Rp 350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d.
Rp11.687.- per orang per hari. Jumlanya mencapai 27,12 juta jiwa. Ketiga, Hampir miskin dengan pengeluaran
per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp 280.488.- atau sekitar
antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlahnya mencapai
30,02 juta. Keempat, Miskin dengan
pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau sekitar
Rp 7.780.- kebawah per orang per hari. Jumlahnya mencapai 31 juta. Kelima, Sangat miskin (kronis) tidak
ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari. Tidak diketahui
dengan pasti berapa jumlas pastinya. Namun, diperkirakan mencapai sekitar 15
juta .
Berdasarkan
kriteria kemiskinan yang dilansir oleh BPS tersebut menunjukan jumlah keluarga
miskin di Indonesia cukup besar. Total jumlah penduduk Indonesia kalau dihitung
dengan kriteria pengeluaran per orang hari Rp 11.687.- kebawah , mencapai
sekitar 103,14 juta jiwa. Angka kemiskinan tersebut tentu sangat besar untuk
ukuran Negara kaya sumber daya alam seperti Indonesia. Namun, hal tersebut tak
membantu masyarakat mengatasi kekurangannya.
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB KEMISKINAN
Tidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan,
tetapi dari faktor-faktor tersebut sangat sulit memastikan mana yang merupakan
penyebab sebenarnya serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap perubahan kemiskinan.
§ Kesempatan
kerja
Sulitnya mencari pekerjaan seperti
yang terjadi di kota-kota besar maupun di pedesaan bisa menjadi faktor
terjadinya kemiskinan, sebagai contoh orang akan mengadu nasib di Ibukota
karena dianggap mereka akan mendapat pekerjaan yang enak dengan gaji besar di
Ibukota tetapi ini akan menjadi masalah baru bila lowongan pekerjaan itu sulit.
§ Tingkat
inflasi
Tingkat inflasi suatu negara juga
berpengaruh pada timbulnya kemiskinan, inflasi akan mempengaruhi pendapatan dan
tidak menutup kemungkinan akan terjadi PHK bila suatu perusahaan terkena dampak
dari inflasi yang terjadi
§ Pajak
dan subsidi
Pajak yang tinggi disuatu negara
akan mempengaruhi tingkat pendapat dan ini berimpas pada pendapat seseorang.
Subsidi yang diberikan pemerintah akan menjadi masalah bila subsidi itu salah
sasaran, bisa dilihat dari keadaan saat ini saat subsidi BBM akan di cabut, ini
akan perpengaruh pada masyarakat yang dikategorikan sebagai rakyat miskin.
§ Ketersediaan
fasilitas umum
Masalah ini biasanya terjadi di
masyarakat pedesaan, dimana fasilitas untuk meningkatkan pendapatan sulit
dicari.
§ Tingkat
dan jenis pendidikan
Kualitas manusia salah satunya
dilihat dari tingkat pendidikan. Manusia yang
sekarang banyak dicari oleh lapangan-lapangan kerja adalah manusia yang
memiliki pendidikan yang rata-rata tinggi. Jadi apabila tingkat pedidikan
suatu
penduduk rendah, maka kualitas penduduk itu rendah.
§ Kondisi
fisik dan alam
Kondisi fisik yang dimaksud disini
adalah kondisi fisik yang sejak lahir di terima oleh seseorang atau setelah
orang itu lahir, contohnya keterbelakangan mental, cacat fiisk bawaan lahir,
atau cacat fisik karena suatu kecelakaan
Kondisi suatu wilayah itu relatif berbeda. Wilayah yang memiliki keadaan
alam
yang serba memadahi,menjadikan masyarakatnya terpenuhi kebutuhannya.
Namun jika suatu wilayah memiliki kondisi alam yang kurang
mendukung,seperti
kurangnya air, atau kondisi tanah yang kurang mendukung, juga mempengaruhi
taraf hidup masyarakat.
§ Bencana
alam
Bencana alam mengambil peran besar
dalam factor penyebab ini, tapi manusia tidak dapat mengelak dari rencan Tuhan
ini.
§ Peperangan
Peperangan yang terjadi akan
menimbulkan banyak dampak salah satunya kemiskinan.
Dari beberapa faktor-faktor diatas dapat diketahui
kemiskinan itu bukan karena faktor takdir, sering kebanyakan orang menilai bahwa kemiskinan itu
suatu takdir atau hadiah dari Tuhan. Persepsi ini adalah persepsi yang salah
kemiskinan itu dikarenakan beberapa faktor diatas.
Ada tiga ciri kemiskinan yang menonjol di
indonesia. Pertama, banyak rumah tangga yang berada disekitar garis kemiskinan
nasional, sehingga banyak penduduk yang meskipun tidak tergolong miskin tetapi
rentan terhadap kemiskinan. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan
sehingga tidak mengambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang
tidak tergolong miskin dari segi pendapatan dapat dikatagorikan sebagai miskin
atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya
indikator-indikator pembangunan pembangunan manusia. Ketiga, mengingat sangat
luas dan beragamnya wilayah indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri
mendasar dari kemiskinan di indonesia.
Dampak Kemiskinan
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak
dan kompleks. Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak
memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak
memiliki penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara
otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat.
Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan,
nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.
Dalam konteks daya saing secara keseluruhan, belum membaiknya
pembangunan manusia di Tanah Air, akan melemahkan kekuatan daya saing bangsa.
Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu bangsa
dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara global. Dalam konteks daya beli
di tengah melemahnya daya beli masyarakat kenaikan harga beras akan berpotensi
meningkatkan angka kemiskinan.
Meluasnya pengangguran sebenarnya bukan saja disebabkan
rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Tetapi, juga disebabkan kebijakan
pemerintah yang terlalu memprioritaskan ekonomi makro atau pertumbuhan
[growth]. Ketika terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia tahun 1997 silam
misalnya banyak perusahaan yang melakukan perampingan jumlah tenaga kerja.
Sebab, tak mampu lagi membayar gaji karyawan akibat defisit anggaran
perusahaan. Akibatnya jutaan orang terpaksa harus dirumahkan atau dengan kata
lain meraka terpaksa di-PHK [Putus Hubungan Kerja].
Kedua, kekerasan. Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi
akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu
lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi
jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka
jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu
[dengan cara mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan
berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk
operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
Ketiga, pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan
fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat
miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka
tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka
begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.
Bagaimana seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak
cerdas bisa mengangkat dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk sekolah saja
sudah sangat mencekik leher. Sementara anak-anak orang yang berduit bisa
bersekolah di perguruan-perguruan tinggi mentereng dengan fasilitas lengkap.
Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah melakukan "pemiskinan
struktural" terhadap rakyatnya.
Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam.
Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan
seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan
pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran
akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di
segala bidang.
Keempat, kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan
sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit
swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit.
Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
Kelima, konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik
konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin
yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi
Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan "keamanan" dan
perlindungan hukum dari negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif
disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjektif.
Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri
ini yang berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin.
Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi
hampir merata di setiap daerah di Indonesia. Baik di perdesaan maupun
perkotaan.
Karena itu situasi di Indonesia sekarang jelas menunjukkan ada
banyak orang terpuruk dalam kemiskinan bukan karena malas bekerja. Namun,
karena struktur lingkungan [tidak memiliki kesempatan yang sama] dan kebijakan
pemerintah tidak memungkinkan mereka bisa naik kelas atau melakukan mobilitas
sosial secara vertikal.
Kesimpulannya, Kemiskinan
timbul dikarenakan beberapa faktor : kesempatan kerja, tingkat inflasi, pajak
dan subsidi, ketersediaan fasilitas umum, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi
fisik dan alam, bencana alam dan peperangan.
Dampak yang ditimbulkan
dari kemiskinan adalah Penganguran, Kekerasan,
Pendidikan, Kesehatan, dan konflik sosial bernuansa SARA.
DAFTAR
PUSTAKA